Posted in Everything, Islam, My Writing, Story

Catatan #1 Penyakit Hati

Catatan #1  Penyakit Hati

Bismillaah… Semoga Allah memberi petunjuk :”)


 

Tau gak sih kita telah

diberikan kelebihan-kelebihan oleh Allah sehingga dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Apakah kamu sudah melakukannya? Atau malah kamu abaikan? Lalu sekarang, siapa yang memberi kekurangan pada diri kita? Kamu tau gak? Apa jangan-jangan kamu merasa tidak punya kekurangan? Waduh…, jawabannya ya jelas Gusti Allah lah hehe.

Well, semua yang kamu punya seperti kamu bisa membaca, menulis, bicara, dan entah apapun itu yang sejenisnya, semua itu harus kamu syukuri. Jangan dijadikan untuk sombong loh.  Ntar malah mewabah jadi penyakit hati. Bisa berbahaya!

***

  • Lha terus maksud kamu nulis catatan ini apa sih, Harti?
  • Ini lho, kemaren aku dapet pelajaran ber-har-ga. Ya, walaupun dari hal yang sepele aja sih :”)
  • Ceritain dong!
  • Nah ini emang mau cerita. Tapi ngasih intro dulu Hehe.

***

Aku memang orang yang sepertinya belum beruntung. Apa yang aku inginkan ketika telah lulus dari sekolah belum tercapai. Seperti, ikut organisasi yang dulu sekali aku selalu acuh. Namun akhirnya, kesadaran itu muncul dan tekad itu menjadi bulat untuk berkecimung di dunia itu. Tapi mau gimana lagi, memang Allah belum kasih jalan di sana, ya seperti ini saja. Walaupun niatku untuk belajar dengan kemampuan yang entah aku ini bakat di mana, tapi kalau Allah belum kasih jalan ya sudahlah ikhlas saja. Sekarang sudah positive thinking gak seperti awal ehhmm itu lah—pas gak diterima :”)

Well, hari-harinya aku jalani dengan belajar bersama kehidupan. Banyak pelajaran menarik di sekitarku. Banyak pula yang tak segan-segan aku petik dengan gratis. Walaupun tidak semuanya langsung meresap. Terkadang ya harus perang dulu sama hati kalau semisal gak sejalan sama dia. Tapi alhamdulillah kalau hatinya masih tenang, mau kok diajak berkompromi hehe. Kemudian aku berpikir, belum ada wadah yang disediakan untukku, bikin wadah sendiri pun jadi, bukan? Yups! Allah memberi akal dan pikiran untuk dimanfaatkan. Jadi, why not to stand out of the crowds there! I’m here, oh life. Learn with me. Seperti itulah kira-kira.

Walaaahh…, kok jadi ngomongin saya wkwkw…. Orang bener juga enggak kok. Maapin ye, saya khilap….

***

Suatu hari, di mana aku sudah menerima dan menyimpan pelajaran yang ke-puluhan kali, hari itu aku dapat satu pelajaran lagi dan pastinya, aku sudah mengutarakannya untuk didiskusikan. Hal ini mengarah kepada sombong, atau malah ujub, ya? Nanti saja kita bahas.

Sebut saja namanya Fatimah (duh namanya cantik ya^^). Dia ini cantik, cerdas, dan aktif di macam-macam organisasi. Ada berapa ya? Satu, dua, tiga, empat, ehmm…, lima kali ya hehe. Dan gak tanggung-tanggung loh perannya, selalu ikut andil dalam hal apapun, jabatan dia pun gak cuma numpang nama doang. Nah, hebat bukan? Hebat dong :”)

Dia ini kalau dalam kepanitiaan, beuh, was wes was wes holla! this is my high contribution, I must make all the best whatever it’ll take a little bit my energy.  Kiranya seperti itu. Sampai-sampai orang lain yang bukan (menurut dia) diberi tanggung jawab gak boleh bantuin. Omaigad! Loh kok gitu? Sssttt, gak boleh su’udzon. Mungkin maksud dia takut kalau gak sesuai keinginan dia kali ya. Yappss…, tetapi bukankah kita seharusnya berkhusnudzon terhadap teman kita yang dengan senang hati ingin membantu, hitung-hitung mengurangi beban yang bisa dibilang wow. Niat saling menolong (ta’awun) kan juga perbuatan baik, sayang kalau kita tolak :”)

Usut punya usut, ternyata dari awal dia ini banyak gak disukai oleh teman-temannya. Waduh…, kenapa? Tadi itu katanya salah satu contoh sifatnya yang kurang disukai, dan tambahannya dia ini agak emosian, apalagi kalau sedang capeknya minta ampun. Dan temannya yang mengganggu (entah dengan cara apapun itu; berisik, menyentuh pekerjaannya, atau bahkan mengajak bercanda) bisa-bisa kena marah. Gak tanggung-tanggung marahinnya, di tempat umum. Walaaahh. Apa gak malu tuh yang dimarahin?

Yo jelas lah, wong gak kenapa-kenapa tiba-tiba disemprot, di tempat umum lagi. Coba kalau dia digituin piye? Seharusnya dia ngerti dong, jaga perasaan neng.

Ssssttt…, kendalikan emosi. Gak boleh marah loh, sama saja dong seperti dia kalau caranya begitu :”)

Ketika kita mempunyai teman seperti itu, alangkah lebih baik kita nasihatin. Bukannya sok benar, bukan kok. Tetapi memang begitu caranya. Gak mau cara seperti itu? Berdo’a saja sudah cukup. Semoga dia diberi ketenangan dalam menyelesaikan tugasnya, dan dijaga hatinya. Supaya gak gampang marah hehe. Saling menghargai satu sama lain, kepada atasan maupun bawahan :”)

Rasulullah saw kan pernah bersabda, “Yang terbaik dari kalian adalah orang yang paling baik akhlaknya, yang saling menghargai satu sama lain dan yang saling menyayangi dan yang membuka pintu rumah bagi mereka.”

Nah, cinta terhadap kedudukan sosial di masyarakat—semisal di mana seseorang mempunyai kedudukan yang tinggi dan berpengaruh sehingga harus berjuang mempertahankan ‘ia’ yang berkedudukan—akan menimbulkan rasa takut dan kekhawatiran akan ketersendirian dan ketersaingan. Padahal bukan cuma berinteraksi dengan baik saja, tetapi kebutuhan spiritual, ruhani juga harus baik, sehingga nantinya dalam berkomunikasi dan menjalin hubungan dengan orang lain bisa saling menghormati dan menghargai dan juga saling mencintai. Bagaimana? :”)

Ada lagi nih!

Ada apa lagi nih?

Dia juga pernah pamer ke kita-kita tentang kedudukan dia yang tinggi. Menurut aku sih dia sudah sombong! Udah pamer, dibantuin gak mau, paling bener…, aku sebagai anggota risih dan ilfil !”£$%^&()_)(&^%$£”!

!”£$%^&()_+!”£$%^&()++!”£$%^&*()_+ zzzzzzzzzzzzzzzz-.-” Jadi kamu iri dengki nih ceritanya?

Enggak hlo, sebel pokoknya….

Menarik nih. Memang, ada yang bilang sombong, bisa jadi orang yang bilang juga iri. Walaahh….

***

Aku ambil dari situs <mudaberdakwah.org>, bahwa setiap anggota tubuh diciptakan untuk suatu fungsi tertentu, ia sedang sakit apabila tak jalan dengan fungsinya. Misalnya nih, penyakit tangan menyebabkan tangan tak mampu melaksankan fungsinya, yaitu memegang. Sedangkan penyakit mata menyebabkan mata tak mampu melaksanakan fungsinya, yaitu melihat. Demikian pula penyakit hati, menyebabkan hati tak mampu melakukan fungsinya yang khas, yang memang itu diciptakan untuknya. Yaitu pengetahuan, hikmah, ma’rifah, cinta kepada Allah, beribadah kepada-Nya, merasakan kenikmatan menyebut dan mengingat-Nya. Jika hati baik, baik pula seluruh amal kita.

Penyakit hati jauh lebih berbahaya loh daripada penyakit fisik. Apa saja sih contohnya?

Sombong. Memamerkan apa yang dia punya padahal sesungguhnya semua yang ada di dunia ini hanya milik Allah, termasuk kedudukan tadi. Bedanya dengan ‘ujub? Mula-mula ujub hanya berada di dalam hati, yaitu menganggap dirinya paling mulia atau benar. Nah, ujub ini mirip dengan sombong, merasa bangga dan kagum akan diri kita sendiri. Walaahh…, bahaya dong. Iya, kalau kita sudah terjangkit nih, akan menimbulkan keburukan dan menghancurkan amal loh. Terus, bedanya lagi dengan riya’? Kalau riya’ sih mereka berbuat baik dengan maksud agar orang memujinya sebagai orang baik, ini juga ba-ha-ya.

Tuh kan, dia sombong…. Seharusnya kan kalau dia punya kelebihan dia jaga dengan baik supaya manfaatnya bisa dirasakan dengan baik juga. Bukan malah bikin orang lain merasa direndahkan. Manusia juga punya kekurangan kali, jangan merasa bener terus. Hiiiiihhhhh……

Eiitttssss…, tunggu dulu. Belum selesai nih. Hayo…, jangan-jangan kamu sedang iri dan dengki sama dia?

Enggaaaakkk kaka…….!!! Memang kenyataannya begono huaaaa T.T

Well, ada ayat nih… “Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebagian kamu lebih banyak dari sebagian yang lain.” (QS. An-Nisa: 32) Penyakit ini bisa mengikis pahala-pahala kita. Eits, kecuali kalau kita iri kepada seorang yang diberi Allah harta lalu dia belanjakan pada jalan yang benar, dan seorang diberi Allah ilmu dan kebijaksanaan lalu dia melaksanakan dan mengajarkannya. Itu baru boleh :”)

Dan semisal anggapanmu terhadap dia seperti itu benar, ya didoakan saja semoga penyakitnya hilang. Sadar kalau apa yang dia miliki tidak ada apa-apanya, milik Allah semata. Kalau enggak benar, wah, hati-hati loh dengan ucapan. Jadi salah paham nanti, fitnah malah :”)

Iya deh iya kakaaa…. Huhuuu, jadi enaknya aku kudu ngapain ini?

Walah, kok nanya saya? Hehe. Yuk! Mari kita bermuhasabah. Intropeksi diri; mengenal diri sendiri. Siapa tahu kita punya sifat-sifat di atas tadi. Aku pun bisa jadi punya secuil atau bahkan seutuhnya, dan segera diperbaiki kesalahan dan kekurangan kita kalau sudah tahu di mana letak kekurangan dan kelebihan kita. Setelah itu, yuk bermujahadah. Dan jangan dilupain waktunya, ayo lomba pedekate pada Allah :”)

(30 Agustus 2014, 20:25 WIB)

***

Di sini saya tidak bermaksud untuk membicarakan orang lain entah baik ataupun buruk, berghibah, menyudutkan seseorang yang ada dalam cerita saya, maupun berperasangka buruk terhadapnya. Hal ini semata-mata untuk dijadikan sebuah pelajaran. Karena inilah cara saya, menyampaikan apa yang ingin saya sampaikan. Santai, tidak begitu serius, tetapi insyaaAllah bermanfaat hehe. Dan, saya bukan merasa paling benar di sini, karena saya juga masih belajar. Dari cerita-cerita lah saya belajar, karena Allah senang menyuguhkan kita cerita kehidupan. Ge-ra-tis, kenapa enggak kita ambil?

Katakanlah walaupun pahit. Sampaikanlah walaupun satu ayat. Fastabiq al-Khairat :”)

Sekian terima kasih.

PS: Maaf, ceritanya ada yang gak nyambung sama tema dan judul hehe ^^

Author:

I love writing so much!

I wonder if you could comment on this post :)